Selasa, 09 Desember 2008

Musi Wisata, Visit Musi 2008

Wisata

Musi Menunggu Wisatawan



Oleh
Muhamad Nasir

PALEMBANG - Sungai Musi bagi warga Palembang merupakan salah satu land-mark. Keindahan dan objek yang tersedia alami dan membawa pengunjungnya ke wisata nature, kembali ke alam.

Julukan Palembang dengan “Sungai Musi, Venesia dari Timur” pun sudah tak asing lagi.
Keindahan Musi juga dijadikan inspirasi lagu berjudul “Sebiduk di Sungai Musi”. Lagu ini menggambarkan pesona sungai yang membelah Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ini.
Atau bacalah kembali novel Dian Tak Kunjung Padam karya Sutan Takdir Alisyahbana, di sana ada juga kisah tentang keelokan sungai ini.
Sungai dengan panjang 460 kilometer dan lebar rata-rata 300 meter itu, memang menjanjikan nuansa tersendiri. Makanya tak salah kalau dijadikan salah satu alternatif untuk dikunjungi wisatawan.
Menikmati suasana Sungai Musi bisa dengan berbagai cara. Pertama, lewat darat atau kedua, langsung “mencebur” ke Sungai Musi menggunakan perahu ketek atau kapal pesiar. Yang pertama, bisa lewat Jembatan Ampera.
Dari atas Jembatan Ampera yang dibangun dengan biaya pampasan perang Jepang, rumah rakit, dan aktivitas keseharian warga Palembang di Sungai Musi bisa dinikmati dengan gratis.
Akan lebih eksotik kalau malam hari. Sungai Musi yang bertabur lampu dari rumah rakit yang berjajar di sepanjang tepi sungai yang tak berpantai, memberikan ketenangan tersendiri. Begitu pun terangnya lampu di Jembatan Ampera.
Orang-orang memancing ikan juaro dari Jembatan Ampera juga menjadi pemandangan tersendiri. Atau, kita pun bisa ikut memancing dari jembatan itu. Hingga pukul 23.00 WIB, suasana malam hari di Jembatan Ampera masih bisa dinikmati.
Bisa pula kita menikmati keindahan Jembatan Ampera dari kawasan Benteng Kuto Besak (BKB). Kawasan ini berupa lapangan terbuka dengan dermaga bagi kapal maupun perahu. Kalau siang hari, bisa dijadikan tempat menikmati suasana lalu lintas dan kesibukan warga Palembang di atas air Musi. Pun malam hari, bersama pengunjung lainnya, bisa memandang Jembatan Ampera.
Restoran Terapung
Kalau perut sudah lapar, kita juga bisa menikmati deburan ombak Sungai Musi dari atas warung makan. Namanya, Warung Legenda.
Kalau dulu berada di seberang ulu dekat eks terminal 7 Ulu, kini sudah dialihkan ke sebelah ilir (di bawah Jembatan Ampera dekat dermaga), dengan menu masakan khas Palembang, seperti pindang patin, berengkes ikan, atau udang bakar. Setidaknya ada lima pondok terapung.
Usai mengisi perut, di seputar Ampera ada empat objek wisata yang bisa dikunjungi, yakni Benteng Kuto Besak yang dulu jadi benteng pertahanan Kesultanan Palembang Darusalam yang menurut cerita dibangun menggunakan putih telur.
Dan kini di dalamnya ada Rumah Sakit AK Gani, pahlawan Palembang yang tahun ini dinobatkan menjadi pahlawan nasional. Ada pula museum peninggalan Kesultanan Palembang Darusalam, yang dulunya Istana Sultan Mahmud Badaruddin (SMB).
Dan di belakangnya, ada Monumen Perjuangan Rakyat (Monpera). Bagi umat Muslim, objek wisata religius juga tersedia, yakni Mesjid Agung yang dibangun zaman Kesultanan Palembang Darusalam. Oleh mantan Presiden Megawati Soekarnoputri ditetapkan sebagai Masjid Nasional.
Cara kedua adalah lewat Sungai Musi dengan perahu ketek, perahu yang dilengkapi mesin. Suaranya memang ketek-ketek sehingga disebut perahu ketek.
Bisa juga dengan menumpang kapal wisata. Ada dua kapal wisata berukuran besar, yakni Sigentar Alam dan Putri Kembang Dadar. Selain itu, masih ada perahu jukung yang cukup besar.
Kalau memakai perahu ketek, dengan uang Rp 50.000 sudah bisa menikmati satu kali jalan wisata Musi untuk 2-4 orang. Sementara dengan kapal wisata atau kapal jukung, tarifnya Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per orang, dengan fasilitas karaoke dan makan siang atau makan malam plus kudapan.
Objek yang dilintasi biasanya memakan waktu sekitar dua jam di atas Musi. Dengan melihat objek-objek dari atas kapal, seperti Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya (TPKS), di sepanjang perjalanan rumah-rumah rakit terlihat, plus pabrik-parik karet.
Lalu memutar dan menuju ke arah Pulau Kemaro. Selain rumah rakit, akan ada perumahan kapitan, tempat permukiman pecinan yang kini sedang direhab.
Tak jauh dari Jembatan Ampera ada Dermaga Boombaru, pabrik Pupuk Sriwijaya, dan terakhir Pulau Kemaro. Di pulau ini terdapat Kelenteng Hok Ceng Bio yang selalu ramai saat peringatan Cap Gomeh, puncak perayaan Tahun Baru Imlek.
Nuansa Musi sesungguhnya barulah sebagian objek wisata yang bisa dikunjungi di Sumsel karena masih ada rangkaian objek lainnya.
Untuk meginap, hotel berbintang dan melati juga tidak menjadi masalah. Hanya saja, jumlah pemandu wisata masih terbatas. Saat ini, menurut Ketua Perhimpuan Hotel dan Restoran Susmel (PHRI) Iwan Setiawan, baru ada sekitar 80 orang.
Idealnya, padahal 250 orang. Terlebih menyambut “Visit Musi 2008 mendatang”, tentunya harus ada perhatian khusus untuk menyediakan pemandu yang memadai. n

Sinar Harapan edisi, Kamis, 15 November 2007

Tidak ada komentar: