Kamis, 04 November 2010

Bukit Siguntang, Makam yang Sarat Misteri

Sinar Harapan, 21 Februari 2008
Oleh
Muhamad Nasir

PALEMBANG-Kawasan Bukit Siguntang di Bukit Besar Palembang menyimpan misteri. Meski demikian, hal itu tak mengurungkan niat banyak orang untuk mengunjungi kawasan ini, yang ketinggiannya sekitar 27 meter di atas permukaan laut. Jika berada di atas bukit, kita memang bisa memandang sebagian Kota Palembang.
Tujuh makam tokoh yang terkenal dalam cerita rakyat yang sempat tersohor pada zaman Kesultanan Palembang ada di bukit ini. Ketujuh makam itu Makam Raja Sigentar Alam, Panglima Tuan Djundjungan, Putri Kembang Dadar, Putri Rambut Selako, Pangeran Raja Batu Api, Panglima Bagus Sekuning, dan Makam Panglima Bagus Karang.
Berdasarkan cerita legenda dan dongeng, setiap tokoh yang dimakamkan itu memiliki kharisma dan sejarah masing-masing. Kini, masing-masing makam yang berada di kaki bukit dan mengarah ke puncak bukit masih terawat baik. Bukit ini terletak di Kelurahan Bukit Lama, Kecamatan Ilir Barat (IB) I Palembang, Sumatera Selatan.
Sama halnya dengan jalan-jalan yang diabadikan dengan menggunakan nama tokoh-tokoh itu di dalam Kota Palembang. Hanya saja, sayangnya tak ada petunjuk khusus yang bisa didapatkan soal sejarah dan bagaimana keberadaan makam-makam itu. Di depan makam hanya tertulis nama tokoh, tanpa keterangan sedikit pun.
Dari juru kunci yang bertugas menjaga makam pun tak banyak diperoleh informasi. Misteri yang dibawa pengunjung sejak awal tak menguak misteri tersebut sepulangnya dari kunjungan ke Bukit Siguntang tersebut.
Sarkasih, salah seorang juru kunci, punya versi lain dibanding juru kunci lainnya mengenai keberadaan tokoh yang dimakamkan. Menurutnya, para tokoh itu berasal dari masa akhir Kerajaan Sriwijaya dari Mataram Hindu. Ada juga yang merupakan keturunan Majapahit. Sulaiman, juru kunci lainnya, menyatakan Panglima Bagus Sekuning dan Bagus Karang juga dimakamkan di bukit ini.
Versi lain menyatakan bahwa Panglima Bagus Kuning dimakamkan di kawasan Bagus Kuning, Plaju, Palembang. Di sini memang ditemukan juga bukti-bukti bekas makam. Namanya pun diabaikan sebagai kawasan Bagus Kuning. Banyak monyet berkeliaran di sekitar lokasi ini yang kemudian dibangun Lapangan Sepakbola, Patra Jaya.
Kondisi Bukit Siguntang sendiri, meski telah lama menjadi objek wisata, terlihat seperti tak terawat. Rumput liar memenuhi bukit, meski tangga batu masih terlihat utuh yang memudahkan pengunjung menuju ke masing-masing makam. Dengan karcis masuk Rp 2.000 saat hari libur, bukit ini justru dijadikan tempat pacaran bagi anak-anak muda. Oleh karenanya, misteri makam itu pun tak menjadi soal bagi mereka.
Hanya bagi pengunjung yang ingin berwisata sejarah atau bagi anak-anak sekolah yang dibawa gurunya ke lokasi ini, hal itu menjadi persoalan. Apalagi, menurut anak-anak, mereka umumnya tak mendapati sejarah para tokoh dalam buku pelajaran. Justru dari para juru kunci inilah mereka mendapat informasi keberadaan para tokoh tersebut, juga dari cerita dari mulut ke mulut. Itu pun dengan versi dan jalan cerita yang berbeda-beda.
Seorang peneliti Balai Arkeologi Palembang, Retno Purwanti, menjelaskan bahwa Bukit Siguntang sesungguhnya pernah menjadi pusat Kerajaan Palembang yang dipimpin Parameswara, seorang adipati Kerajaan Majapahit. Sekitar tahun 1511 Parameswara memisahkan diri dari Majapahit dan merantau ke Malaka.

Pusat Buddha
Sempat bentrok dengan Portugis, sang adipati kemudian menikah dengan putri penguasa Malaka dan menjadi raja. Keturunannya kemudian menjadi raja-raja Melayu yang berkuasa di Malaysia, Singapura, dan Sumatera.
Lalu sekitar tahun 1554 muncul Kerajaan Palembang yang dirintis Ki Gede Ingsuro, pelarian dari Pajang, Jawa Tengah. Bukit Siguntang ini dikeramatkan karena dua orang panglimanya yang gugur saat menunudukkan pasukan Kesultanan Banten yang menyerang Palembang, kemudian dimakamkan di bukit ini.
Karena itulah diyakini, bukit ini menjadi pusat studi keagamaan Buddha. Apalagi, berdasarkan informasi diketahui tahun 1920 ditemukan patung (arca) Buddha bergaya seni Amarawati yang merupakan raut wajah Srilangka dari abad XI Masehi dan sekarang ditempatkan di halaman Museum Sultan Mahmud Badaruddin II di samping Jembatan Ampera Palembang.
Lalu ada sejumlah peninggalan Kerajaan Dapunta Hyang Srijayanasa, kemudian kapal Sriwijaya dan prasasti Bukit Siguntang, yang bisa menjadi bukti penting tentang keberadaan Sriwijaya.
Oleh karenanya, tak heran kalau dipercaya dahulu pernah bermukim 1.000 pendeta Buddha di kawasan tersebut. Dan sekarang pun, pada waktu-waktu tertentu, bukit ini dijadikan tempat berdoa bagi para pendeta Buddha.
Untuk mencapai lokasi bukit misteri ini, Anda bisa menggunakan angkutan kota atau bus kota jurusan Bukit Besar, dengan ongkos Rp 2.000 sekali jalan. Sebut saja berhenti di Taman atau Bukit Siguntang, dijamin Anda bisa menemukan lokasinya.
Meski tak bisa menjamin akan mendapatkan jawaban atas misteri para tokoh yang dimakamkan di bukit ini, minimal Anda akan melihat bukti nyata bahwa para tokoh dalam cerita itu dan lokasi makam yang cantik, memang ada. n







Copyright © Sinar Harapan 200

Tidak ada komentar: