Kamis, 04 November 2010

Napak Tilas Peninggalan Jepang di Palembang

Sinar Harapan, Kamis 1 Maret 2007


Oleh
Muhamad Nasir

PALEMBANG–Penjajahan Jepang yang berlangsung selama 3,5 tahun telah meninggalkan kenangan buruk bagi rakyat Indonesia. Namun, bagi Sumatera Selatan, ternyata penjajahan tidak hanya meninggalkan kenangan pahit.

Negeri Matahari Terbit ternyata juga meninggalkan peluang pendapatan bagi Sumsel, berupa bekas bangunan yang bisa menjadi objek wisata.
Sayangnya, “pundi-pundi” ini belum maksimal digarap menjadi objek wisata sejarah. Sedikitnya, terdapat 15 bekas bangunan balatentara Jepang berserakan di berbagai lokasi di Kota Palembang. Naifnya, bekas-bekas bangunan ini pun ternyata tak begitu dikenal warga Palembang sendiri.
“Padahal, peninggalan ini kalau diurus dan dilestarikan, bukan tidak mungkin akan dapat dinikmati sebagai objek wisata,” kata seorang guru sejarah sekolah lanjutan pertama swasta dan pegawai Bagian Humas Pemerintah Kota Palembang Ahmad Bastari Suan, beberapa waktu lalu.
Berdasarkan pemantauan SH, bangunan-bangunan eks Jepang umumnya tidak terawat, meski terdapat di tengah kota atau di tengah lingkungan tempat tinggal warga. Setidaknya, ada 15 objek yang berpotensi untuk dikembangkan. Misalnya, rumah perlindungan di bawah tanah (bungker) di Jl Joko Kelurahan Talang Semut, Kecamatan Bukit Kecil, Palembang.
Selain itu ada juga terowongan di Jl Joko, tepatnya di belakang Aula Imanuel; Kompleks Pertahanan di Kelurahan Pulokerto, Kecamatan Gandus; dan pekuburan tentara Jepang di Talang Kerikil.
Selain itu, Kompleks Pertahanan Udara di Jl Sudirman, tepatnya di samping Rumah Sakit Kristen (RSK) Charitas; Kompleks Pertahanan di Jl AKBP H Umar, Kelurahan Ariokemuning; Kompleks Pertahanan Jepang di Jl Majapahit, Kelurahan 1 Ulu; Kompleks Pertahanan di Kelurahan 15 Ulu; Asrama Tentara di Tegal Binangun; Kompleks Pertahanan di Pulau Melati, Kelurahan Keramasan, Kertapati; Jalan Jepang di Kelurahan Karya Jaya; Kompleks Pertahanan di Jl Pertahanan, Plaju; Benteng Jepang di Lorong Sikam, Plaju; dan Kompleks Pertahanan Udara di Tegal Binangun, Plaju.
Tentang bunker di Jl Joko, Kelurahan Talang Semut, masyarakat sekitarnya tak menyadari kalau sesungguhnya bangunan yang tinggal menyisakan puing-puing ini dahulu menjadi basis pertahanan Jepang saat menghadapi musuh.
Saat ini bungker itu memang tidak lagi di dalam tanah karena tanah di daerah ini sudah diuruk. Namun masih terdapat sisa bangunan yang menurut masyarakat setempat dulunya dibangun oleh Belanda untuk menghadapi Jepang. Dinding bunker ini terbuat dari beton cor dengan ketebalan 0,25 m dan tinggi dinding 2,4 meter. Luas bangunan diperkirakan 17,8x8 meter, dan bentuknya masih terlihat sampai sekarang.
Di Jl Joko, tak jauh dari bungker, terdapat terowongan. Pintu masuk terowongan yang diperkirakan menuju bunker masih tersisa. Begitu pun terowongannya, masih ada. Namun yang mengukur seberapa jauh terowongan itu dan ke mana tembusnya. Namun demikian, terowongan berbentuk segi empat ini memiliki ukuran 3x2,7 meter, dengan pintu berukuran 2 x 1,2 meter. Diduga, terowongan ini cukup panjang dan berliku-liku, dan terlihat masih kuat. Namun karena gelap dan licin, tak jelas bagaimana kondisi di dalamnya.

Kompleks Pertahanan
Setidaknya ada sembilan kompleks pertahanan Jepang yang kini masih ada puingnya. Kompleks pertahanan di samping RSK Charitas terbuat dari beton cor dengan ketebalan 0,5 meter dan tinggi dinding 2 meter. Sementara itu, luas bangunannya adalah 32x15 meter. Lokasi bangunannya pun di daerah yang cukup tinggi.
Untuk mencapainya, terdapat tangga yang sudah terlihat menghitam. Di lokasi ini juga terdapat terowongan yang diperkirakan tembus ke pinggiran Sungai Musi. Tempat ini diperkirakan dipergunakan sebagai tempat untuk melarikan diri kalau kondisi sedang tidak memungkinkan untuk bertahan. Sementara itu, pada saat ini, kondisi terowongan itu sendiri tak memungkinkan untuk dimasuki.
Di sini masih terlihat bekas landasan meriam berukuran 5x4 meter. Luas areal seluruhnya sekitar satu hektare, terjepit areal RSK Charitas. Lokasi ini pun tampak tidak terawat. Selain rumput, terdapat juga semak-semak dan pohon pisang yang menjadi “penghias”.
Adapun tempat Pertahanan di Jl AKBP H Umar, puing-puingnya masih berdiri kokoh. Di areal seluas 4.710 m2 terlihat bekas bangunan dan terowongan yang sudah tak utuh lagi. Bangunan induk berupa bunker berukuran 20x20 meter, dan di pintu masuk terdapat terowongan berukuran 2x1,5 meter. Pintu gua inilah yang oleh masyarakat dikenal dengan sebutan Gua Jepang.
Bangunan yang cukup menarik adalah bekas benteng yang terdapat di Lorong Sikam Darat, Plaju. Benteng Kembar berukuran 8 x 6 meter ini memang tidak utuh lagi. Namun, lokasi ini cukup menarik, apalagi bentuknya kokoh. Begitu juga bangunan berbentuk kawah telungkup di Jl Tegal Binangun, Lorong Perlindungan, Plaju. Adapun bangunan berdiameter 14 meter dengan tinggi puncak 3,5 meter dan dinding setebal 0,9 meter ini terlihat unik.
Tak jauh dari bangunan ini, terdapat juga kompleks yang diperkirakan pertahanan artileri. Bangunan dengan dinding beton setinggi 1,5 meter dan dikelilingi tiang-tiang beton itu terlihat cukup menyeramkan. Sementara itu, beberapa fondasi tapakan penangkis serangan udara juga terlihat masih utuh.
Markas tentara Jepang masih terlihat dari sisa-sisa bangunan, yang terdapat di Jl Tegal Binangun, yang dikenal juga dengan sebutan Jalan Jepang ini. Di sini, selain bekas bak mandi, terdapat juga bekas landasan meriam penangkis serangan udara.
Dunia wisata memang sedang lesu. Berbagai teror menghantui wisatawan. Menghadapi tahun 2008, bukan tidak mungkin ada angin segar yang membuat turis mancanegara melirik Sumatera Selatan. Setidaknya, wisatawan asal Jepang bisa dipancing dengan objek-objek peninggalan nenek moyang mereka. Atau paling tidak, para pelajar bisa diajak mengunjungi objek-objek ini untuk mendapatkan pelajaran secara langsung peninggalan penjajah yang pernah memeras negeri ini.
Murid-murid yang menuntut ilmu di sekolah dasar yang tak jauh dari eks pertahanan Jepang, ternyata tak banyak yang mengetahui kalau ada pelajaran berharga yang terdapat di sekitar sekolah mereka. “Kami dak tau Kak, kalu ado peninggalan Jepang di sini (kami tidak tahu Kak kalau ada peninggalan Jepang di sini-red),” ungkap seorang murid SD Km 5 Palembang ketika diajak melihat sisa-sisa bangunan bekas pertahanan Jepang, tak jauh dari sekolahnya. n

Tidak ada komentar: